Tuhan menciptakan seluruh semesta ini dengan keunikannya masing-masing. Manusia contohnya, diciptakan dengan kelebihan dan potensi yang tidak akan sama dengan orang lain. Ada yang pandai dalam hal angka, bahasa, bermusik, mendesain ruangan, interpersonal, intrapersonal, dan lain-lain. Setiap orang memiliki ciri khas yang unik, yang menjadi identitas mereka. Ada yang berkulit hitam, kuning, putih, serta kombinasi di antara ketiganya. Tuhan menciptakan demikian agar manusia senantiasa saling menghargai, mengasihi, dan menghormati satu sama lain. Di samping itu, manusia dituntut untuk menjaga keseimbangannya dengan alam, seperti berinteraksi dengan lingkungan sekitar, hewan, tumbuhan, maupun organisme lainnya.
Tahukah Anda? Jumlah penduduk dunia saat ini mencapai 7 milyar lebih? Tidak menutup kemungkinan pada generasi mendatang dapat mencapai 20 milyar. Namun, jumlah ini belum sebanding dengan jumlah sel yang ada di tubuh kita, yakni 100 triliyun sel! Belum lagi dengan jumlah bakteri yang ada di tubuh kita, yang jumlahnya mencapai 1000 triliyun bakteri. Apakah pernah terlintas di pikiran kita mengenai mekanisme pengaturan dari keseratus triliyun sel tubuh ini, sehingga menjadi suatu sistem yang sangat teratur? Sel-sel pada tubuh manusia sangat beranekaragam, ada sel darah merah, sel darah putih, sel jantung, sel saraf, sel otot, sel hati, sel pankreas, sel kulit, sel daging, dan sel-sel lainnya. Jika kesemua sel ini saling bermusuhan, tentu akan sangat menakutkan bukan? Misalnya dengan tiba-tiba mereka tidak ingin bekerja untuk sehari saja, akan seperti apa tubuh kita? Mereka (sel-sel tubuh) bahkan tidak pernah protes atau mengeluh dengan apa yang mereka kerjakan, sehingga tubuh kita pun menjadi sehat karena sel-selnya teroraganisir dengan baik. Keadaan sel-sel ini yang kemudian akan kita refleksikan ke kehidupan manusia. Sebagian dari kita, manusia, tentu pernah memberikan penilaian negatif terhadap seseorang atau bangsa minoritas. Mengucilkan atau memberi “label” pada manusia minoritas itu. Bila keseratus triliyun sel tadi saja bisa terorganisir dengan baik tanpa ada permusuhan, mengapa kita (manusia) yang jumlahnya di dunia hanya sekitar 7 milyar tidak mampu berdamai?
Setiap orang tentu memiliki keunikan atau ciri khas masing-masing. Keunikan manusia termasuk bagian dari gen. Gen tercipta sedemikian rupa sehingga menghasilkan keragaman genetik dari manusia itu sendiri. Keunikan menjadi identitas bagi seseorang untuk dikenal oleh orang lain. Jenis keunikan pun bermacam-macam, ada keunikan fisik maupun tingkah laku. Keunikan penampilan fisik dan tingkah laku manusia merupakan bagian dari mekanisme alam untuk menghasilkan keragaman manusia. Mekanisme yang mengatur tersebut didapat dari persilangan genetik oleh kedua orang tua. Selain itu, keragaman manusia juga disebabkan karena adanya proses mutasi. Sejumlah keragaman pada manusia ini, mungkin ada yang mengkategorikannya sebagai “normal” dan “abnormal”. Pengategorian tersebut sebenarnya tercipta dari persepsi manusia itu sendiri. Hal ini bergantung pada pendapat masing-masing dari mereka, ada pendapat yang positif dan negatif. Dari pendapat tersebut akan tercipta pengelompokan-pengelompokan yang justru melahirkan dampak yang baik ataupun buruk.
Contoh kasus pertama, saya akan memberikan contoh persepsi dari segi fisik misalnya. Penyakit vitiligo merupakan penyakit kanker kulit karena adanya kerusakan atau mutasi pada bagian proteinnya. Orang yang terkena penyakit vitiligo ini akan memiliki kulit yang buruk rupa, yaitu seperti kulit yang terbakar oleh api. Bila penyakit ini sampai kepada bagian wajah, tentu bagi kita sangatlah tidak enak dipandang. Pada akhirnya, masalah penyakit tersebut menurut persepsi manusia melahirkan pandangan negatif karena muka yang buruk rupa tadi. Akan tetapi, tahukah Anda mengenai keuntungan dari orang yang menderita penyakit ini? Pertanyaan tersebut akan saya jawab secara rinci. Orang vitiligo memiliki kelainan pada bagian proteinnya, yaitu protein 402 R, dari yang normalnya 402 Q. Bila protein 402 R ini terjadi, sel pembunuh (killer cells) pada manusia itu akan membunuh semua sel melanosit yang menjadi dasar dalam pembentukan pigmen pada kulit. Secara fenotipe atau luarnya, mungkin terlihat “aneh” atau “abnormal” karena berbeda dari kelompok manusia lainnya. Namun, keuntungan dari orang yang menderita penyakit ini adalah bebasnya orang tersebut dari penyakit ganas kanker kulit. Hal ini disebabkan karena ketiadaan sel melanosit pembentuk pigmen tadi, sehingga sinar UV tinggi pun tidak berpengaruh pada ketiadaan sel melanosit tadi. Sinar UV hanya akan mengubah gen (bermutasi), bila kita memiliki pigmen pada kulit kita sendiri. Sangat beruntungkah mereka yang terkena vitiligo ini seiring dengan suhu bumi yang kian meningkat?
Contoh kasus kedua adalah dari segi tingkah laku. Saya akan memberikan contoh dari orang yang terkena syndrom Jacobs. Apakah itu syndrom Jacobs? Syndrom Jacobs merupakan salah satu bagian dari mutasi juga, yaitu perubahan pada struktur DNA-nya atau lebih tepatnya perubahan pada Single Nucleotida Polymorphism (SNPs). Seseorang yang terkena mutasi ini akan identik dengan kejahatan, suka marah-marah, atau hiperaktif. Saya akan menggambarkan contoh kasus di masyarakat. Contohnya seperti remaja laki-laki yang cenderung suka kebut-kebutan naik motor atau naik mobil. Kelakuan remaja ini pasti sangat meresahkan warga. Namun pada kenyataanya, hal ini merupakan bagian dari keragaman genetik manusia tadi, termasuk bagian dari gen. Bisa saja remaja laki-laki ini mengikuti kontes balap motor dan mendapatkan juara dalam bidang itu seperi Falentino Rosi. Hebatkah?
Begitu pula dengan tingkah laku manusia lainnya. Dalam masyarakat atau segi sosial, kita mengenal dua tipe orang. Tipe pertama adalah orang yang pandai bergaul (interpersonal), sedangkan yang kedua orang yang suka menyendiri (intrapersonal). Tetapi tahukah Anda? Orang yang pandai bergaul ataupun penyendiri ini merupakan bagian dari genetik atau turunan. Jadi seharusnya kita tidak mengucilkan orang yang penyendiri atau yang tidak pandai bergaul tersebut. Persentase orang yang suka menyendiri di dunia saja mencapai 40 persen. Sangat banyak bukan? Namun, manusia sering menganggap remeh atau aneh kepada orang-orang yang tidak pandai bergaul itu.
Ketiga contoh di atas, seharusnya menjadi bagian dari instropeksi diri kita. Seseorang berhak hidup dan mendapatkan kehidupan yang layak di hadapan semua orang. Tuhan menciptakan setiap manusia, agar manusia tersebut dapat berpikir dan memahami arti Kebesaran Tuhan. Tidak ada orang yang sempurna di dunia ini, setiap manusia memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Adanya artikel mengenai “Keragaman Genetik dan Persepsi Manusia” ini diharapkan untuk kita saling menghargai, mengasihi, dan menghormati satu sama lain. Bukan cenderung untuk membuat “label” pada masyarakat minoritas. Dengan demikian, bangsa-bangsa di dunia dapat menjadi bangsa yang seutuhnya satu, berdaulat, dan beradab.
Referensi
Suwanto A. 2010. The Human Genome, Genetics, and Ethics. Bogor Agricultural University.
Sumber gambar: http://www.uni.edu
0 komentar:
Post a Comment