KISAH MOTIVASI SEORANG GELANDANGAN YANG MENJADI PENGUSAHA SUKSES
Frank O’Dea adalah contoh sukses dari orang yang berhasil mengelola harapan hari esok, bekerja dengan visi hidup lebih baik, dan keberaniannya untuk “take action”, tulis sebuah media online Kanada menggambarkan kisah lelaki itu. O’Dea berhasil mengubah hidupnya dari anak gelandangan menjadi pengusaha sukses Kanada.
O’Dea lahir di Montreal pada tahun 1945. Meski berasal dari keluarga sederhana orangtuanya mengajarkan moral dan nilai-nilai kehidupan yang tinggi. Sayangnya meski pada awalnya berjalan baik, pada perkembangan berikutnya ia terlibat dalam kehidupan negatif. Di masa remajanya O’Dea kecanduan alkohol. Kehidupan itu menghancurkan masa mudanya. Untuk menyembuhkannya sang ayah sampai mengurungnya di rumah. Tak ada keluarga yang boleh menemaninya.
O’Dea akhirnya malah kabur dari rumah dan memilih hidup menggelandang di jalanan. Kadang ia tidur di selter bis, kadang di emperan barak tentara. Tak jarang harus tidur di trotoar. Sampai akhirnya ada seorang pemilik toko di Toronto yang merasa iba kepadanya. Ia diminta bekerja di tokonya. Gajinya US$5 sehari sebagai tukang bersih-bersih toko. Meski sudah bekerja, kebiasaannya minum-minum tak bisa dienyahkan begitu saja.
Suatu kali ia mendengar dari radio ada sebuah lembaga nirlaba yang menawarkan program penyembuhan kecanduan alkohol. Entah dari mana dorongannya, tiba-tiba pengumuman itu seperti ditujukan kepada dirinya. Maka ia pun ikut program itu. Inilah titik baliknya. Saat itu usianya 23 tahun dan ia merasakan bahwa untuk menyongsong masa depannya yang lebih baik, ia harus berubah.
Sambil ikut program itu ia menjual mesin penyortir koin ke gereja-gereja. Dari uang yang sedikit demi sedikit dikumpulkannya kemudian ia mencoba berbisnis. Tahun 1970 ia membuka gerai kafe di Scarborough Town Centre, Toronto. Pada awalnya menawarkan kopi dengan harga murah. Sampai akhirnya di tahun 1975 ia menemukan ide yang berbeda. Saat itu ia ingin mengubah sasaran pasarnya dengan menawarkan kopi premium pada pelanggannya. “Saya mengubah hubungan antara kafe dan pelanggannya,” katanya. “Orang-orang itu membeli kopi kami karena kopinya memang enak. Karena kualitasnya tinggi mereka mau membayar dengan harga lebih mahal,” katanya. Kafe itu ia beri nama The Second Cup.
Tak lama kemudian ia bisa mendirikan kafe serupa di beberapa tempat. Bahkan ia akhirnya bisa mengelola sampai ratusan kafe di seantero Kanada. “Saya berkali-kali gagal,” katanya memberi pengakuan. “Sukses itu terjadi karena trial and error dan mencurahkan segala upaya dan waktu,” katanya. Dengan semangat itu ia membuktikan bahwa meski hidupnya pernah berantakan dengan tekad yang kuat akhirnya bisa sukses.
Sumber :
Google
Photo |
O’Dea lahir di Montreal pada tahun 1945. Meski berasal dari keluarga sederhana orangtuanya mengajarkan moral dan nilai-nilai kehidupan yang tinggi. Sayangnya meski pada awalnya berjalan baik, pada perkembangan berikutnya ia terlibat dalam kehidupan negatif. Di masa remajanya O’Dea kecanduan alkohol. Kehidupan itu menghancurkan masa mudanya. Untuk menyembuhkannya sang ayah sampai mengurungnya di rumah. Tak ada keluarga yang boleh menemaninya.
O’Dea akhirnya malah kabur dari rumah dan memilih hidup menggelandang di jalanan. Kadang ia tidur di selter bis, kadang di emperan barak tentara. Tak jarang harus tidur di trotoar. Sampai akhirnya ada seorang pemilik toko di Toronto yang merasa iba kepadanya. Ia diminta bekerja di tokonya. Gajinya US$5 sehari sebagai tukang bersih-bersih toko. Meski sudah bekerja, kebiasaannya minum-minum tak bisa dienyahkan begitu saja.
Suatu kali ia mendengar dari radio ada sebuah lembaga nirlaba yang menawarkan program penyembuhan kecanduan alkohol. Entah dari mana dorongannya, tiba-tiba pengumuman itu seperti ditujukan kepada dirinya. Maka ia pun ikut program itu. Inilah titik baliknya. Saat itu usianya 23 tahun dan ia merasakan bahwa untuk menyongsong masa depannya yang lebih baik, ia harus berubah.
Sambil ikut program itu ia menjual mesin penyortir koin ke gereja-gereja. Dari uang yang sedikit demi sedikit dikumpulkannya kemudian ia mencoba berbisnis. Tahun 1970 ia membuka gerai kafe di Scarborough Town Centre, Toronto. Pada awalnya menawarkan kopi dengan harga murah. Sampai akhirnya di tahun 1975 ia menemukan ide yang berbeda. Saat itu ia ingin mengubah sasaran pasarnya dengan menawarkan kopi premium pada pelanggannya. “Saya mengubah hubungan antara kafe dan pelanggannya,” katanya. “Orang-orang itu membeli kopi kami karena kopinya memang enak. Karena kualitasnya tinggi mereka mau membayar dengan harga lebih mahal,” katanya. Kafe itu ia beri nama The Second Cup.
Tak lama kemudian ia bisa mendirikan kafe serupa di beberapa tempat. Bahkan ia akhirnya bisa mengelola sampai ratusan kafe di seantero Kanada. “Saya berkali-kali gagal,” katanya memberi pengakuan. “Sukses itu terjadi karena trial and error dan mencurahkan segala upaya dan waktu,” katanya. Dengan semangat itu ia membuktikan bahwa meski hidupnya pernah berantakan dengan tekad yang kuat akhirnya bisa sukses.
Sumber :
0 komentar:
Post a Comment